Langsung ke konten utama

Penggoreng Cilok

 Hai



Mantep banget nih termasuk intensitas menulis yang cukup padat karena baru aja posting tulisan dan hanya selang sehari aku sudah posting lagi haha


Jadi gini..


Kali ini aku akan menulis bagaimana soreku kemarin.

Ini bukan masalah cinta-cintaan sih, tapi sebuah kesadaran.


Iya aku lupa akan hal ini.


Kemarin aku menuliskan perasaan hambar yang selalu menemani hari-hariku, tapi aku lupa ini.

Aku lupa soal kegiatan yang ternyata bisa bikin perasaanku ramai. 

Setidaknya asin yang ada manisnya dikit tapi lagi-lagi yang penting perasaan ini terisi.


Jadi, aku selalu merasa capek tapi seneng tiap kali bertemu dengan teman lamaku. Bisa teman sekolahku, bisa teman kampung, ataupun teman yang dipertemukan melalui jalur ketidaksengajaan.

Nah.. Pas banget kemarin aku bertemu lagi dengan teman sekolahku dulu. Meskipun beberapa saat yang lalu kita sudah pernah ketemu saat nikahan salah satu teman sekolahku juga, tapi rasanya untuk saling lempar percakapan, kemarin sore terasa lebih padat.


Tidak sengaja kemarin saat aku diajak pergi temanku Dina, tiba-tiba aku teringat dia yang mulai beberapa minggu lalu membuka sebuah grobak cilok yang katanya gemes hahahaha. 

Grobak itu bersampingan dengan lapas di kotaku. Akhirnya aku mengajak Dina saat pulang untuk mampir kesana.



Setelah urusanku dengan Dina selesai, kita pun menuju tempat jualan temanku ini.

Sampai di sana aku langsung menyapanya dengan cukup keras, entah berapa orang yang menoleh saat aku melontarkan namanya itu hahaha aku nggak begitu memperhatikan tapi aku yakin tidak hanya satu dua orang.

Entah mengapa tiap bertemu teman lama aku selalu degdegan tapi senang, rasanya bersemangat. Aku menjulukinya ini sebagai power charger.


Panggilan itu berlanjut dengan obrolan-obrolan asyik yang hanya sedikit sekali kita terjeda dengan keheningan. Seperti sepasang lawan permainan bulu tangkis yang memiliki kekuatan yang sama sehingga kok jarang sekali menyentuh tanah.


Percakapan ini terasa hangat meskipun beberapa pertanyaan sensitif seperti "Koe wisuda kapan wes wisuda durung sih? Yaallah semester 9 ra kok rak tepat waktu" hufft.. memang menjengkelkan tapi menurutku tidak terlintas perasaan sakit hati saat aku mendengarnya. Sebelumnya di jalanan padahal aku merasa kedinginan, tapi entah kenapa energi yang diciptakan menggebu-gebu dan menghangatkan.

Tidak lupa juga dia menceritakan beberapa kisahnya, mengenai hobinya dan pasangannya yang ternyata beberapa waktu lalu sudah ia tinggalkan. Hahaha iya, dia mengaku meninggalkan pacarnya yang cantik itu karena katanya sikapnya terlalu kekanak-kanakan dan banyak mau sehingga mengganggu tabungan yang akan ia gunakan untuk kuliah.


Ah, meskipun dihitung-hitung tidak lebih dari satu jam kejadian ini berlangsung tapi rasanya puas sekali.

Aku jadi ketagihan untuk bertemu kembali dengan teman-teman lamaku apalagi yang sampai mengirimkan pesan "kangen" padaku meskipun aku percaya sih paling mereka mengetiknya tidak sepenuh hati.

HAHAHAHA SUUDZON 


Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Masha Allah itulah energi yang didapat dari menjalin silatirahmi ya Mbak Dewi, beribu manfaat yang akan kita peroleh jika kita menjaga silaturahmi dengan siapapun.

    BalasHapus

Posting Komentar