Langsung ke konten utama

Lagi

Hai, selamat bertemu kembali.



Sebuah sapaan untuk hal yang tidak aku inginkan dan harusnya bisa aku hentikan.
Sebuah perasaan yang di sia siakan.

Datang dari sebuah notifikasi yang berisi pesan tentang pertanyaan tentang film yang aku saksikan.
Aku pikir ini biasa saja, sama seperti pesan-pesan lain yang bahkan lebih menarik daripada hanya membahas soal adegan dua perempuan tua yang cukup membuat bibirku bergetar disebabkan oleh tangisan.

Ternyata, aku nyaman..

Kata-kata yang dihasilkan dari sekedar menjawab pertanyaan sebuah gambar yang isinya cukup menggelikan, hingga berubah menjadi bentuk perhatian-perhatian yang aku inginkan.

Dari sebuah pesan suara tak begitu panjang yang berisi kekesalanku pada rujak jambu kristal yang aku beli menjadi akibat perutku sakit, hingga obrolan panjang yang dikirimkan setiap harinya tentang hal-hal yang kita lalui pada kesibukan masing-masing.
Aku tak menyangka lagi-lagi kupu-kupu itu datang di dadaku, banyak sekali.


Beberapa hal itu ternyata melenakan.
Jika aku sadar, seharusnya aku ingat, aku ketakutan.
Tapi lagi dan lagi dia coba yakinkan bahwa ini aman. Sampai beberapa kali membawa nama Tuhan.

Iya.
Kebodohan.
Semua ini datang karna aku cukup murahan. 
Baru sebentar saja sudah aku berikan.

Kepercayaan yang sebenarnya jika ditimbang tak cukup berat dari tumpukan pakaian kotor yang kubawa ke loundryan kemarin, seharusnya membawaku pada sebuah kesadaran.
Tapi berkali-kali aku abaikan demi hilangnya kesepian.

Hingga pada akhirnya kembali lagi air mata aku tumpahkan. Sungguh brengsek semua itu terjadi saat aku datang bulan. Sebuah kebetulan yang ingin aku maki-maki. 
Untung saja kata sebal sudah tersampaikan meskipun diawal jawabanku penuh dengan pendewasaan dan ketenangan. 

Aku banyak belajar dari cerita singkat ini.
Aku ingat saat temanku menenangkanku beberapa waktu lalu atas keraguanku yang datang dari alasan yang sama aku menulis ini.
Temanku bilang "yang terpenting adalah bagaimana proses kamu belajar dari perjalanan cerita yang kamu jalani sekarang ini. Untuk akhirnya tentu saja kamu yang menentukan"

Hingga pada saat hari ini datang, aku memang mulai sadar dari kebencian yang aku ucapkan keras dalam hati untuk seorang ini, tentu aku juga harus berterima kasih. 

Aku belajar.
Cukup banyak hal, meski sebentar.


Komentar